Late Autumn In October

Kembali kulihat sosoknya duduk dibangku yang dipayungi pohon maple. Ini sudah tahun kelima dan dia selalu berada disana tepat dibulan yang sama. Siapa yang ditunggunya? Kujelaskan disini aku bukan memata-matainya apalagi mengintainya seperti penjahat. Rumahku didaerah sini dan setiap hari aku selalu melawati taman dekat danau itu. Wajar kan kalau aku selalu menemukan sosoknya dibangku sana? Pernah aku berniat untuk menghampirinya namun perasaan raguku lebih besar. Terlintas pula pemikiran konyol kalau dia adalah hantu. Ya, karena dia hanya muncul diwaktu seperti saat ini. Aku bahkan tak pernah melihat wajahnya seperti apa. Yang kutahu dia adalah anak perempuan. Itu saja.

Lanjutkan membaca

Love… That I Need – Part II

::: Love… That I Need – Part II :::

Setelah perdebatan dua minggu lalu. Akhirnya aku bisa bersantai tanpa menjadi korban geng Crazy Boys itu. Karena selama dua minggu mereka gak pernah main kerumah ini lagi. Tapi Si Won Oppa yang main kerumah mereka. Baiknya, kakakku itu tidak pulang dini hari. Paling telat, dia pulang jam sepuluh malam. Hanya saja yang masih menjadi kegelisahanku itu sebenarnya apa yang membuat mereka penuh luka lebam seperti itu?

 

“Musim semi yaa. Hmm, bagaimana kalau kita liburan ke pantai?” Eomma mengajukan pertanyaan tapi matanya fokus dengan majalah ditangannya. Majalah edisi khusus liburan musim semi. Aku yang mendengarnya hanya menganggap itu sebagai gurauan Eomma. Bagaimana tidak? Musim Semi tapi mau liburan ke pantai? Eomma selalu aneh kalau menyangkut tempat liburan. Tahun lalu saat musim dingin kami dipaksa menyetujui liburan ke daerah pegunungan. Alhasil, disana aku hanya meringkuk dikamar karena demam. Sedangkan Si Won Oppa mau tak mau menungguiku karena kondisiku yang tidak stabil. Dan sekarang mau ke pantai? Haaa, aku ingin ke Jepang. Menikmati Hanami ditaman dengan suguhan bunga-bunga sakura berwarna merah muda yang mewarnai setiap sudut kota. Walaupun di Seoul ada bunga sakura, tapi kata temanku di Shibazakura Park, Jepang lebih indah. Aku baru mau bersuara, Si Won Oppa dan geng Crazy Boys itu datang. Perusak suasana.

 

“Annyeong Eomma.” Eun Hyuk menyapa Eomma dengan senyum merekah. Eomma balas tersenyum. Ada maksud apa dia memanggil Ibuku dengan sapaan seperti itu? Dia yang melihatku langsung berangsur duduk disebelahku. “Hai, adik manis. Kau tidak pergi hang-out bersama teman-temanmu?” Seperti biasa dia menyapaku dengan kata-kata picisan miliknya. Aku memutar bola mataku malas. Kembali fokus dengan acara ditelevisi.

 

“Dia kan tidak punya teman.” Cho Kyu Hyun ingin sekali kusumpal mulutmu dengan PSPmu itu! Ucapannya benar-benar menohok perasaanku. Seolah tak peduli dengan apa yang baru saja dikatakannya, dia kembali bermesraan dengan jantung hatinya. PSP.

 

“Mwo? Huh, justru yang aku khawatirkan adalah dirimu Cho! Kau selalu bersama Si Won Oppa dan kedua orang ini. Memangnya tidak punya temankah dirimu di Kyung Hee? Ah, kau kan punya banyak teman benda mati sejenis dengan yang ada ditanganmu itu. A-…auuww… YAK!” Aku menjerit sakit karena cubitan sepupuku itu. Cho Kyu Hyun tak ada lembutnya dengan perempuan.

Lanjutkan membaca

Love… That I Need – Part I

 

::: Love… That I Need – Part I :::

 

“Hyun Ae-ya, bantu Oppa sekali lagi ya?”

 

“Ti-dak!”

 

“Adikmu pelit!”

 

Pelit? Huh, apa tidak salah aku dibilang pelit? Bukankah aku sudah lima kali membantu dirinya mengerjakan tugas Sastra yang diberikan dosennya? Masih dibilang pelit juga? Kalau aku jahat mungkin aku sudah mendatangi dosen mereka dan melapor kalau tugas itu aku yang mengerjakan. Tapi itu tak akan kulakukan. Aku tak akan mengatakan kalau tugas Kakakku aku yang membuatnya. Kalau untuk pria itu mungkin akan aku laporkan. Memang dia siapa? Hanya teman Kakakku yang cuma terima jadi hasil pekerjaan yang dibuat olehku. Dan berani-beraninya mengatakan aku pelit? Astaga.

 

Lanjutkan membaca